Kamis, 25 Juni 2015

RISK IT

 Manajemen risiko adalah tentang membantu perusahaan mengambil risiko dalam mengejar pengembalian.  Sebuah karakteristik budaya resiko menawarkan pengaturan di mana komponen risiko dibahas terbuka, dan tingkat risiko yang dapat diterima dan dipahami serta dipertahankan. Sebuah budaya risiko dimulai dari bagian atas, dengan direksi dan eksekutif bisnis yang bertindak untuk mengatur arah berkomunikasi. Risk awareness atau kesadaran tentang resiko juga menyiratkan bahwa semua tingkatan dalam perusahaan menyadari bagaimana untuk menanggapi peristiwa IT merugikan bagi perusahaan
    Budaya risiko adalah sebuah konsep yang tidak mudah untuk menggambarkan. Budaya resiko 
terdiri dari serangkaian perilaku, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut





Menurut ISACA , hubungan antara IT Risk Framework dan ISO 31000 (manajemen resiko menurut iso.org)  terlihat pada tabel berikut

ITAF

ITAF adalah model yang komprehensif dan memberikan panduan praktek tentang penerapan nya, meliputi :


  • Memberikan bimbingan pada desain, pelaksanaan dan pelaporan IS audit dan jaminan tugas
  • Mendefinisikan istilah dan konsep spesifik untuk jaminan IS
  • Menetapkan standar bahwa alamat IS audit dan jaminan peran dan tanggung jawab profesional; pengetahuan dan keterampilan dan ketekunan, perilaku dan persyaratan pelaporan
ITAF menyediakan satu sumber di mana IS audit dan jaminan profesional dapat mencari bimbingan, kebijakan dan prosedur penelitian, mendapatkan program audit dan jaminan, dan mengembangkan laporan yang efektif.

Sementara ITAF menggabungkan standar ISACA yang ada dan bimbingan, telah dirancang untuk menjadi dokumen hidup. Sebagai pedoman baru dikembangkan dan diterbitkan, itu akan diindeks dalam kerangka dan membuat tersedia untuk anggota ISACA.

Beberapa keuntungan menggunakan model ITAF

  • ITAF lebih menitikberatkan pada proses audit, tidak seperti metode lain (COBIT, ITIL, dsb) yang lebih memfokuskan pada tata kelola TI.
  • ITAF didesain untuk profesional yang bergerak di bidang jasa audit atau assurance sehingga cocok diterapkan oleh lembaga 
  • Prosedur, metode dan istilah-istilah dalam ITAF lebih familiar, mudahdimengerti dan diterapkan oleh auditor 

itaf taxonomy

Gambar 1. Taxonomi ITAF (Veronica, 2013)
Standar umum adalah prinsip-prinsip di mana IS audit dan jaminan profesional beroperasi. Prinsip dan jaminan tersebut berlaku untuk pelaksanaan semua tugas dan penanganan audit IS dan jaminan profesional etika, kemandirian, objektivitas dan perawatan karena, serta pengetahuan, kompetensi dan keterampilan. Standar umum ini mencakup audit charter, independensi organisasi, independensi tenaga profesional, ekspektasi yang logis, perlindungan tenaga profesional, profil, pernyataan tegas dan kriteria. Audit charter memastikan adanya fungsi audit yang jelas mencakup tujuan, tanggung jawab dan akuntabilitas audit. Independensi organisasi memastikan fungsi audit berlaku objektif pada seluruh bagian organisasi dan selurh proses di dalamnya. Independensi tenaga profesional memastikan auditor berperilaku sama kepada seluruh auditee termasuk sikap perilaku dalam proses audit. Ekspektasi yang logis memastikan ekspektasi audit yang rasional dengan standar peraturan yang berlaku dan opini tenaga audit profesional. Perlindungan tenaga profesional dalam arti ketaatan terhadap standar audit yang berlaku dalam perencanaan, proses hingga pelaporan. Profil terkait hasil audit atau penilaian lain yang sebelumnya telah dilakukan dan kompetensi auditor yang melakukan tugas audit di perusahaan. Pernyataan tegas yang menegaskan bahwa proses audit telah dilakukan pada bagian tertentu dengan memberikan hasil audit yang dikategorikan sebagai mencukupi, valid dan relevan. Kriteria yang digunakan harus menjawab kebutuhan informasi audit seperti asasaran audit, keutuhan, relevan, terukur, dapat dimengerti, dikenal umum (penggunaan standar) dan sesuai dengan pengguna hasil audit.

Standar performa audit membangun ekspektasi audit. Standar performa berfokus pada audit sistim informasi dan menjamin perhatian tenaga profesional dalam menjamin desain kerja, jaminan pelaksanaan, kecukupan bukti dan pembanguna audit sistim informasi. Standar performa mencakup perencanaan perjanjian, perencanaan penilaian risiko, performa dan supervisi, materi, bukti, penggunaan hasil kerja tenaga profesional (yang sudah ada) dan hukum. Perencanaan perjanjian mencakup sasaran, ruang lingkup, waktu dan penyampaian hasil audit, kepatuhan audit dengan standar audit, penggunaan pendekatan berbasis risiko serta dokumentasi dan pelaporan audit. Perencanaan penilaian risiko memastikan dan menjamin audit menggunakan metodologi yang tepat dalam menentukan prioritas alokasi sumber daya sistim informasi yang ada. Performa dan supervisi memastikan proses audit sesuai dengan rencana audit yang telah disetujui/ disahkan, memastikan auditor diawasi dalam melakukan audit yang sesuai dengan ketentuan standar audit. Materi audit harus dapat menunjukkan kelemahan atau ketidaklengkapan kontrol, keterkaitan antara materi audit dengan materi lain yang berhubungan, dan efek/ dampak yang terakumulasi yang mungkin timbul. Bukti wajib ditemukan oleh auditor untuk ditunjukkan dan dilapirkan pada laporan hasil audit. Penggunaan hasil kerja tenaga profesional bermaksud menunjukkan adanya hasil audit yang telah dilakukan, kompetensi tenaga audit profesional serta standar audit yang digunakan. Hukum menegaskan dan menjamin bahwa tenga profesional audit dapat berhadapan dengan hukum yang berlaku apabila proses audit dijalankan tidak sesuai dengan peraturan/ standar hukum yang berlaku.

Standar pelaporan menjamin hasil audit dapat memiliki keseragaman bentuk laporan, menyediakan informasi sesuai level penilaian yang dilakukan. Standar pelaporan mencakup pelaporan dan aktifitas tindak lanjut. Pelaporan audit harus dapat menginformasikan pemenuhan perjanjian yang mencakup identifikasi organisasi, pengguna yang relevan, materi audit, ruang lingkup, sasaran perjanjian, waktu audit dan proses audit. Pelaporan juga harus mencantumkan bukti temuan, rekomendasi dan kesimpulan pelaksanaan audit. Aktifitas tindak lanjut menjamin tenaga audit profesional memonitor arus informasi yang relevan dalam manajemen respon terhadap temuan dan rekomendasi dalam hasil audit.

Val IT Framework

 
    Val IT  diprakarsai oleh Information Technology Governance Institute (ITGI) melalui pengalaman sekumpulan tim yang terdiri dari para praktisi, akademisi, serta praktek-praktek, beberapa metodologi, dan penelitian untuk mengembangkan kerangka kerja Val  IT. Perkembangan  kerangka  kerja  Val  IT  ini  melalui  beberapa  aktivitas penelitian,  publikasi  dan  layanan  pendukung.  Inisiatif Val  IT  ini  diilustrasikan  pada gambar di samping ini.
Berdasarkan  gambar  disamping Val  IT  memberikan  pedoman,  proses-proses  dan dukungan  praktis  untuk  membantu  pimpinan  dan  manajemen  ekskutif  dalam memahami  dan  melaksanakan  peran  yang  sesuai  dengan investasi  teknologi informasi.   Val  IT  memfokuskan  pada  keputusan  investasi (are  we  doing  the  right things?) dan merealisasikan keuntungan (are we getting the benefits?). 

Sebagai respon terhadap kebutuhan mengenai hal inilah kemudian ISACA meluncurkan sebuah framework yang memberi arahan bagaimana manajemen nilai ini diterapkan. Dan framewokr tersebut diberi nama Val IT.
Framework Val IT  yang membahas GEIT ini memiliki fokus utama pada manajemen dan penciptaan value dari IT. Framework ini dimulai dari premis bahwa penciptaan nilai dari investasi IT merupakan tanggung-jawab dari manajemen bisnis. Nah, untuk membantu manajemen bisnis dalam mengorganisasikan dan menjalankan tanggung-jawabnya tersebut, Val IT mendefinisikan 22 proses bisnis terkait IT, praktik-praktik manajemen utama yang berkaitan, panduan manajemen berikut model kematangannya.
Bagaimana hubungannya dengan CobiT?
Val IT bersifat komplementer terhadap COBIT dan bahkan mengikuti struktur dan template yang sama. Val IT memiliki 22 proses yang dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu:
(1) Value Governance (VG);
(2) Portfolio Management (PM); dan
(3) Investment Management (IM).
Domain VG membahas mengenai struktur dan proses-proses yang dibutuhkan untuk memastikan praktik-praktik manajemen nilai telah berjalan di organisasi. Domain ini mencakup keterlibatan kepemimpinan (VG1), definisi dan implementasi praktik-praktik manajemen nilai (VG2), dan integrasi manajemen nilai dengan proses-proses manajemen finansial organisasi (VG4). Domain ini juga membahas mengenai tipe-tipe portofolio dan kriteria yang perlu ditentukan oleh bisnis (VG3), bahwa monitoring tata kelola yang efektif mesti diterapkan di atas praktik-praktik manajemen nilai (VG5), dan harus ada siklus perbaikan yang berkesinambungan berdasarkan lesson learned sebelumnya (VG6). Proses-proses pada domain ini berlaku sebagai payung yang menaungi proses-proses pada domain Val IT lannya.
Domain PM membahas mengenai proses-proses yang dibutuhkan untuk mengelola seluruh portofolio investasi-investasi TI. Domain ini mengatur bahwa arahan strategis dari organisasi mesti diklarifikasi dan bahwa target portofolio mesti ditetapkan (PM1). Juga, sumber daya yang tersedia terkait dengan pendanaan (PM2) dan SDM (PM3) perlu diinventarisasi. Berdasarkan justifikasi bisnis yang detail hasil proses pada domain IM (IM1-1M5), maka kemudian program-program investasi tersebut dipilih dan dipindahkan ke portofolio aktif (PM4). Kinerja dari portofolio aktif ini perlu dimonitor secara kontinu dan dilaporkan (PM5) serta terus dioptimalisasi (PM6) berdasarkan laporan-laporan kinerja yang keluar dari proses-proses IM.
Proses-proses pada domain IM ini sudah bekerja pada level individual suatu investasi IT tertentu. Lima proses pertama dalam domain ini fokus pada munculnya peluang-peluang investasi baru di organisasi (IM1) dan pembuatan justifikasi bisnis yang rinci (IM5) untuk peluang-peluang yang sudah disetujui, termasuk analisis terhadap aksi-aksi yang dapat dilakukan (IM2), pendefinisian rencana detail program (IM3) dan analisis cost-benefit secara keseluruhan (IM4). Setelah persetujuan terhadap justifikasi bisnis rinci (PM4), program-program investasi baru diluncurkan (IM6) dan dimonitor (IM8) dan, jika perlu, justifikasi bisnis dapat juga diupdate (IM9). Semua program investasi perlu ada masa akhir berlakunya (IM10), yaitu ketika disepakati bahwa nilai bisnis yang diharapkan dari investasi telah dapat tercapai atau sebaliknya jika jelas-jelas tidak akan dapat tercapai. Selain itu perubahan pada portofolio operasional IT, sebagai hasil dari program investasi, perlu dimasukkan ke dalam portofolio layanan-layanan IT, aset atau sumber dayanya (IM7).
Secara sederhana sebenarnya nilai (value) merupakan relasi antara ekspektasi dari para pihak yang berkepentingan dengan kemampuan sumber daya untuk mewujudkannya. Dan tujuan dari manajemen nilai –seperti halnya Val IT ini—ini intinya adalah untuk merekonsiliasi kesenjangan diantara kedua hal tersebut. Ya, bagaimana mengatur agar sumber daya yang dikeluarkan dapat memenuhi ekspektasi dan juga sebaliknya, bagaimana ekspektasi dapat disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki. Definisi yang sederhana tapi tentu tidak sederhana dalam mewujudkannya. Justru disinilah framework semacam Val IT ini diharapkan dapat membantu.